NPM : 21209541
Kelas : 4EB13
Tugas Tambahan 2 :
Cari contoh etika di
masyarakat dan tanggapi
Jawab
:
Begini Kronologi Tawuran Siswa SMA 6 Versus SMA 70
TEMPO.CO, Jakarta
- Tawuran antara siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 6 dan SMAN 70 di bundaran
Bulungan, Jakarta Selatan, Senin, 24 September 2012, menyebabkan seorang siswa
SMA 6 tewas.
Menurut
Kepala Reserse Kepolisian Resor Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Hermawan,
siswa SMA 70 menyerang lebih dulu ke siswa SMA 6. Siang pukul 12.00, kata dia,
murid-murid SMA 6 baru keluar dari sekolah. "Mereka baru habis
ujian," kata Hermawan, Senin, 24 September 2012.
Lima
murid SMA 6 makan gultik alias gulai tikungan. Tiba-tiba mereka diserang oleh
sekitar 20 siswa SMA 70. Tanpa adu mulut, mereka langsung menyerang. "Ada
yang bawa arit," kata dia.
Kelima
murid yang diserang kocar-kacir di kawasan bundaran Bulungan itu. Ada dua guru
SMA 6 yang melihat kejadian tersebut dan membubarkan mereka.
Tawuran
berlangsung singkat, sekitar 15 menit. Namun, tawuran ini menyebabkan dua
korban terluka dan satu korban terkena luka bacok di bagian dada. Dia adalah
Alawi, siswa kelas X SMA 6. Pelajar malang itu sempat dilarikan ke Rumah Sakit
Muhammadiyah, tapi nyawanya tak tertolong. Sedangkan korban luka, satu luka di
pelipis, satu lagi luka kecil di jari tangan.
Sebuah
arit dengan noda darah, tertinggal di lokasi. Untuk mencocokkan darah di arit
dengan darah korban, barang bukti itu dibawa ke laboratorium forensik Polri.
Menurut
Hermawan, polisi sudah memeriksa satu guru SMA 70, dua guru SMA 6, dan dua
saksi lainnya. Sekarang, polisi gabungan Polres dan Polsek masih mengawasi
sekolah-sekolah itu untuk antisipasi peristiwa susulan.
Tawuran
antara kedua siswa sekolah tersebut bukan hanya kali ini terjadi. Mereka saling
serang secara bergantian. Sudah berulang kali mereka terlibat perkelahian.
Kasus tawuran sebelumnya terjadi pada 26 Januari 2012 lalu, tapi saat itu tak
ada korban tewas.
Tanggapan
:
Menurut
saya kasus tawuran SMA 6 dan SMA 70 menunjukkan cerminan sikap remaja yang
tidak beretika. Hal itu di karenakan, tawuran itu seakan-akan sudah dijadikan
budaya oleh kedua sekolah tersebut. Apakah itu yang dinamakan pelajar? Cenderung
ke hal-hal kekerasan dan kriminal. Dengan demikian hal tersebut melanggar
norma-norma etika yang berlaku di masyarakat. Tawuran menyebabkan kericuhan di
jalanan yang biasanya di lewati oleh banyak kendaraan dan orang-orang, jika ada
tawuran ya jalan jadi terblokir, sehingga sangat mengganggu kenyamanan
masyarakat sekitar lokasi terjadinya tawuran. Selain itu dalam kasus tawuran
tersebut terjadi pelanggaran HAM, dimana hanya karena masalah sepele yang jadi
korban justru siswa yang tidak tau apa-apa yaitu Alawy. Alawy tidak tahu
apa-apa tapi langsung kena bacokan, sungguh sangat tidak beretika tersangka
pembacok Alawy tersebut karena dia menyebabkan hilangnya nyawa seseorang. Sebenarnya
yang salah itu sistem pendidikan di kedua sekolah tersebut atau guru-gurunya
yang kurang mendidik muridnya untuk beretika baik di masyarakat, padahal di SMA
juga ada pelajaran PKN yang khusus membahas masalah budi pekerti dan etika.
Ternyata pelajaran PKN tidak cukup untuk membangun moral murid – murid yang
beretika. Tapi dibutuhkan suatu tindakan yang lebih tegas dari pihak kedua
sekolah kepada murid – muridnya yang terlibat tawuran, terutama sanksi berat
kepada yang terlibat tawuran sehingga mereka jera. Untuk ke depannya pihak
sekolah harus mengadakan tindakan preventif seperti perbaikan psikologis murid –
muridnya dan perbaikan etika murid – muridnya agar tidak terulang kembali kasus
tawuran tersebut. Dapat di ambil kesimpulan bahwa kasus tawuran tersebut melanggar
etika kesopanan dan etika budi pekerti yang ada di masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar